impian seorang manusia

Filed under: by: tejoarum

INDAHNYA VISI
Suasana Perang Ahzab begitu mencekam lantaran rasa lapar dan dingin yang menusuk hingga ke sumsum tulang. Persoalannya ditambah lagi dengan pengepungan orang-orang kafir beserta antek-anteknya. Namun rasa suka dan gembira tetap terbesit di wajah Rasulullah SAW. dan para sahabatnya. Terpancar dari raut wajah mereka perasaan optimis yang besar untuk menyambut kemenangan. Ketika beliau bersama para sahabat menggali parit, terdapat bongkahan batu yang keras sehingga mereka menyerahkannya pada Rasulullah SAW. Beliau pun memecahkan batu tersebut dengan palu godamnya. Pukulan Rasulullah SAW. memercikkan api. Waktu itu beliau mengucapkan Subhanallah. Kejadian itupun berulang lagi hingga tiga kali. Hal ini menakjubkan para sahabat.Kemudian Rasulullah SAW. menceritakan bahwa tatkala muncul percikan api, terpancar gambaran istana Persia disusul dengan istana Romawi dan selanjutnya istana Mauqaqis. Beliau mengatakan sebentar lagi istana Persia menjadi milik kita, istana Romawi akan kita taklukan dan istana Mauqaqis akan kita miliki. Pernyataan tersebut disambut dengan ucapan gembira dari para sahabat, Allahu akbar wa lillahilhamd. Peristiwa ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua, betapa Rasulullah SAW. telah mendidik para sahabatnya untuk berjiwa besar. Dengan jiwa besar, mereka mampu membangun obsesi meski dalam keadaan lapar, dingin, terkepung dan mencekam. Inilah thumuhat dakwah dan tarbawiyah (obsesi dakwah dan tarbiyah). Obsesi yang luar biasa. Tidak pernah terbayangkan oleh pikiran banyak orang ketika itu. Keadaan yang mencekam, lapar yang menggeliat, dingin yang menusuk. Namun keyakinan akan memperoleh kemenangan selalu bersama mereka. Kemenangan yang akan datang segera atau kemudian. Perwujudan obsesi bisa datang dalam waktu yang relatif singkat dapat juga hadir di waktu mendatang. Malah realisasi dari sebuah obsesi sering tidak di cicipi oleh si pemiliknya. Memang terkadang obsesi lebih panjang dari pikiran orang bahkan ia lebih panjang dari usia manusia itu sendiri. Meski demikian obsesi selalu ada dalam dinamika kehidupan manusia, karena ia bagian dari tabiat manusia. Keinginan-keinginan besar menjadi sebuah tabiat manusia sejak ada di muka bumi. Sejak lama kita mendengar ada ungkapan ingin memiliki dunia ini. Ada pula yang ingin hidup seribu tahun lamanya. Juga ada yang ingin bermegah-megah di muka bumi dengan segala kemewahan nya. Ada pula yang ingin menguasai kerajaan langit dan bumi dan masih banyak lagi keinginan besar lainnya. Keinginan besar ini sering pula mengarah pada hal-hal negatif namun tidak sedikit juga pada hal-hal positif. Keinginan besar yang bernilai negatif dinamakan thama’ (tamak, rakus), sedangkan keinginan besar yang bernilai positif dinamakan thumuh (obsesi). Sifat ini merupakan bagian dari kehidupan manusia maka semua kader semestinya juga memiliki obsesi yang besar, meskipun dalam kondisi yang serba minim sarana dan prasarana. Akan tetapi satu hal yang tidak boleh terabaikan adalah bahwa obsesi ini mesti bersandar kepada karunia dan kebaikan Allah SWT. sehingga Dia menganugerahkan kepada orang-orang mukmin sesuatu yang mahal nilainya. Yakni kecerdasan imaniyah (Dzaka imany) untuk mewujudkan keinginan-keinginan besar itu. Kecerdasan imaniyah ini perlu ditopang dengan : 1. Dzaka Syu’ury (kecerdasan emosional) Kecerdasan emosional yang dimaksud adalah kemampuan mengendalikan emosi hingga tidak mudah goyah ataupun patah dalam menghadapi berbagai tantangan. Rasulullah SAW. bersabda: " Orang cerdas adalah orang yang mampu mengendalikan diri dan berbuat untuk hari esok. (HR. Muslim). Emosional terkadang cenderung mengikuti suasana yang terjadi di sekitarnya. Bahkan acap kali menggelembung histeris mengikuti irama sekelilingnya, sehingga berpotensi tidak dapat dikendalikan. Emosional yang tidak terkendali dapat mengakibatkan tumpulnya akal jernih. Dampaknya adalah muncul kepanikan sehingga kehilangan jalan solusi atas persoalan yang sedang dihadapi. Nabi Musa as. pernah mengalaminya, ketika tiba di kampung halamannya sepulang dari negeri lain. Didapati kaumnya kembali pada perilaku yang menyimpang dari ajaran yang telah disampaikannya. Melihat kenyataan ini Nabi Musa as. sangat emosional. Nabi Musa as. menjambak jenggot Nabi Harun as. sambil marah-marah kepadanya dan melempar-lempar lembaran Taurat yang digenggamnya. Akan tetapi ketika emosinya mulai mereda Nabi Musa mengambil kembali lembaran-lembaran Taurat yang berceceran itu. (QS. Al ‘Araf: 150 - 153) Islam mengajarkan pemeluknya untuk mencerdaskan emosi. Emosi yang cerdas memberikan manfaat besar bagi si empunya. Daya pandang yang jernih, melihat persoalan dengan pandangan jauh ke depan serta jelas dan terangnya solusi yang harus diambil. Pencapaian obsesi diperlukan juga kecerdasan emosional agar fukos-fukos sasaran yang hendak diraih dihadapi dengan perasaan dan jiwa yang tenang. Para ulama menyebutnya hal ini sebagai indera keenam, yaitu firasat mukmin. "Takutlah kamu pada firasat orang mu’min karena mereka melihat dengan cahaya Allah". (HR. An Nasa’i) 2. Dzaka Fikry (kecerdasan intelektual) Umat Islam dibekali Allah SWT. intelektual yang cerdas. Di antaranya daya ingat yang tajam, sistematika dalam berpikir dan merumuskan persoalan, menyikapi persoalan secara simpel dan lain sebagainya, seperti kemampuan umat Islam menghafal Al Qur’an dan Hadits serta rumusan berpikir dalam ilmu mantiq. Keistimewaan ini karena kasih sayang Allah SWT. pada orang-orang mukmin. Keimanan yang bersemayam dalam dada mukmin menghantarkan mereka memiliki kecerdasan intelektual. Rasul SAW. memberikan indikator orang yang cerdas intelektualnya adalah Konsentrasi pada satu titik yang jelas, berpikir cerdas sehingga tidak mudah tertipu dan selalu dalam keadaan siap siaga. "Apabila cahaya Islam telah masuk ke dalam hati maka hati akan menjadi terang dan lapang. Para sahabat bertanya: apa tanda-tandanya ya Rasulullah?. Beliau menjawab: Kembali kepada negeri yang abadi, jauh dari tipu daya dan mempersiapkan kematian sebelum datangnya kematian". (H.R. Thabari). Kecerdasan intelektual juga akan memberikan jalan keluar ketika menghadapi kondisi sulit. Bentuknya dapat berupa alternatif pemecahan yang beragam, menaklukkannya melalui cara yang ringan dan lain sebagainya. Abu Bakar as. pun pernah mengalami hal yang sama ketika menyertai perjalanan hijrah Rasulullah SAW. ke Madinah. Pertengahan perjalanan Abu Bakar as. berjumpa dengan peserta sayembara pembunuhan terhadap Rasulullah SAW. Abu Bakar as. ditanya: Siapakah orang yang berada di depanmu itu?. Abu Bakar as. menjawab: Huwal Hadi (dia petunjuk jalanku). Petunjuk jalan yang dimaksud Abu Bakar as. adalah yang menunjuki jalan dari jalan kegelapan jahiliyah kepada jalan terang benderang Islam. Sedangkan orang kafir mengira orang yang di depan Abu Bakar as. adalah guiding perjalanan. Kecerdasan intelektual memunculkan rumusan yang aplikatif untuk mewujudkan sebuah obsesi. Karenanya peran kecerdasan intelektual sangat berarti terhadap pencapaian obsesi. 3. Dzaka Jismy (kecerdasan fisikal) Amal Islam lebih banyak dari pada waktu yang tersedia dan sedikit orang yang dapat memikulnya. Banyaknya amal dalam Islam memerlukan orang yang siap dan mampu menunaikannya. Di antara kriterianya adalah mereka yang memiliki kecerdasan fisikal. Maksudnya adalah mereka yang mempunyai tubuh yang kuat dan sehat. Tidak sedikit tugas dan tanggung jawab dalam Islam akan terlaksana dengan baik bila dilakukan oleh badan yang sehat dan kuat. Misalnya saja dalam beribadah, akan terasa nikmat dalam menjalankan ibadah apabila kondisi badan dalam keadaan sehat. Akan tetapi bila kondisi tubuh menurun apalagi sakit, pelaksanaan ibadah sering mengalami ketidaksempurnaan. Hasan Al Banna sangat perhatian dalam masalah kekuatan dan kesehatan badan untuk mencapai kecerdasan fisikal ini. Perhatian beliau baik yang bersifat ajakan, pencegahan dan pemeriksaan. Kita dapat jumpai pandangan beliau dalam wajibatul akh (kewajiban al akh) di Majmu’atur Rasail. Orang yang sehat dan kuat berpeluang menunaikan tugas dan kewajiban dengan baik. Bahkan dapat melaksanakannya secara optimal untuk mencapai afdholiyatul amal. Ia akan dapat menyelesaikan tugasnya, sanggup pula membantu tugas orang lain serta mampu memberikan kontribusi bagi banyak orang. Pantas bila Allah SWT. lebih menyukai mukmin yang sehat dan kuat dari pada mukmin yang lemah, sebagaimana sabda Rasulullah SAW.: "Mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah meskipun keduanya dalam keadaan baik". (HR. Muslim) Fisikal yang cerdas juga menentukan keberhasilan pencapaian obsesi. Ia akan dapat mengukur sejauh mana dan seberapa besar kemampuan diri untuk merealisasikannya. Tidak kalah penting juga ia dapat menilai kemampuan dirinya untuk menghadapi berbagai kendala. 4. Dzaka Amaly (kecerdasan operasional) Kecerdasan operasional merupakan sikap tanggap dan cepat dalam merespon sesuatu dengan tindakan yang nyata. Sikap inilah yang mendorong seseorang untuk terdepan dalam beramal. Tidak menunda-nundanya hingga hilang kesempatan untuk menjadi pionir. Ajaran Islam menganjurkan umatnya untuk selalu menjadi yang terdepan. Baik dalam beribadah kepada Allah SWT. juga dalam bermuamalah antar manusia seperti shalat, bersedekah, beramal shalih, bergotong royong ataupun yang lainnya. Demikian juga dalam kehidupan Rasulullah SAW banyak kita temukan riwayat tentang kesegeraan beliau untuk menunaikan sesuatu dengan cepat. Dalam suatu riwayat, sesudah shalat Rasulullah SAW. pernah segera berdiri lalu melangkahi orang lain kemudian masuk ke salah satu bilik istrinya. Para sahabat juga heran dengan kejadian ini. Tidak lama kemudian beliau segera kembali ke tempat semula, sesudah itu beliau ceritakan bahwa dia tadi teringat ada emas yang harus segera dibagi-bagikan. Maka beliau perintahkan istrinya untuk secepat mungkin membagi-bagikan emas tersebut. Rasulullah SAW. bersabda: "Bersegeralah kalian beramal shalih sebab akan terjadi fitnah besar bagaikan gelap malam yang sangat gulita". (HR. Muslim) Kecerdasan operasional membentuk si pemiliknya untuk segera berbuat sebelum orang lain sempat berpikir. Melalui hal ini obsesi akan relatif cepat untuk tercapai. 5. Dzaka Ijtima’iy (kecerdasan sosial) Kehidupan manusia tidak dapat memutuskan ketergantungannya dengan pihak lain. Satu dengan yang lainnya saling memerlukan. Oleh karenanya manusia diperintahkan untuk berinteraksi dengan sesama agar berbagai kelemahan dan kekurangannya dapat saling ditopang dengan berbagai kelebihan pihak lain. Dengan banyak bergaul kita akan menemukan potensi-potensi yang tidak ada pada diri kita. Juga dapat menemukan peluang-peluang besar untuk menutupi segala kekurangan yang ada. Dari sanalah kita mendapatkan manfaat, kesempatan-kesempatan dan peluang-peluang besar untuk menunjang kelemahan yang kita miliki. Rasulullah SAW. bersabda: "Mukmin yang bergaul dengan banyak orang lebih baik daripada mukmin yang tidak bergaul apabila dia bersabar". (HR. Muslim) Mewujudkan obsesi terkadang kita dibantu potensi orang lain. Bahkan kita hanya merangkai kelebihan-kelebihan orang lain untuk mencapai obsesi yang kita canangkan. 6. Dzaka Tanzhimy (kecerdasan struktural) Apabila kita memahami bahwa setiap orang membutuhkan orang lain maka segala peran yang diberikannya akan sangat bermakna bila dikokohkan oleh pihak lainnya. Sebuah bangunan terdiri dari berbagai macam komponen, ada yang besar namun ada pula yang kecil. Semua komponen itu saling mengaitkan dengan komponen lainnya. Masing-masing fungsi dan peran yang diberikan tidak dapat dianggap sebelah mata. Posisi masing-masing elemen tidak dapat dilebih-lebihkan dengan yang lainnya. Mungkin saja komponen yang besar akan berarti bila ditopang oleh komponen yang kecil begitu juga sebaliknya. Menyikapi persoalan ini dengan sikap yang arif bahwa kehadiran dirinya tidak akan sempurna malah mungkin tidak akan berhasil tanpa kesertaan orang lain. Peran serta ini diwujudkan dengan keyakinan bahwa potensi dirinya akan berguna bagi orang lain. Dengan begitu setiap orang menyadari bahwa ia harus berada pada posisinya masing-masing untuk keberhasilan sebuah obsesi. Rasulullah SAW. bersabda: "Prajurit yang baik jika ditempatkan di bagian logistik dia akan tetap berada tempatnya, jika ditempatkan di garis depan dia akan berada di garis depan" (HR. Abu Daud) Kiat-kiat Meraih Kecerdasan Meraih kecerdasan imaniyah perlu kerja keras sehingga ia akan merefleksikan segala thumuhat kita. Adapun kiat-kiat mencapai hal itu sebagai berikut: 1. Latihan yang banyak. Berusahalah untuk banyak latihan dalam segala hal terutama pada kemampuan diri untuk meraih kecerdasan. Latihan yang sering akan memperhalus dan mempertajam kemampuan yang kita miliki. 2. Belajar dari orang lain.Janganlah sungkan untuk belajar pada dan dari orang lain. Pengalaman orang lain dapat menjadi masukan bagi kita. Malah orang lain bisa menjadi cermin agar kita bisa mematut diri dari pengalaman mereka. 3. Mencoba sesuatu yang baru untuk meraih pengalaman. Berusahalah untuk mencoba sesuatu yang baru. Kreativitas sering kali memberikan banyak jalan untuk mencapai keinginan-keinginan. 4. Meyakini pertolongan Allah SWT. Tidak boleh dilupakan bahwa semua aktifitas kita akhirnya berpulang pada pertolongan dan kehendak Allah SWT. Oleh karena itu yakinlah bahwa Dia akan memudahkan kita meraih thumuhat maka berdoalah kepada-Nya agar keinginan-keinginan tersebut dapat terealisir. Semoga Allah SWT. memudahkan jalan bagi kita meraih Thumuhat Tarbawiyah. Semoga sukses. –wallahu’alam– http://beranda.blogsome.com/2006/06/30/thumuhat-tarbawiyah/

This article comes from IQROCLUB Sitehttp://www.iqroclub.org


KEWAJIBAN SEORANG MUSLIM SEJATI
bagi seorang muslim, ada kewajiban yang harus dia tunaikan dalam kehidupan. Kewajiban-kewajiban ini adalah dalam rangka membentuk peribadi muslim untuk menjadi batu bata yang kuat bagi bangunan Islam. Untuk itu Hasan Al Banna telah merangka kewajiban-kewajiban berikut bagi para muslim.Said Hawwa mengatakan bahwa kewajiban di sini bukan berarti wajib dalam pengertian syari'e, tetapi lebih luas dari itu. Kewajiban-kewajiban tersebut ada di antaranya yang fardhu, ada pula yang sunnah. Oleh kerana itu, kata wajib di sini bererti segala bentuk komitmen dakwah yang dituntut oleh gerakan Islam masa kini.Berikut ini adalah rincian kewajiban-kewajiban tersebut:

1. Hendaklah engkau memiliki wirid harian dari Kitabullah tidak kurang dari satu juz. Usahakan untuk mengkhatamkan Al Qur'an dalam waktu tidak lebih dari sebulan dan tidak kurang dari tiga hari.2. Hendaklah engkau membaca Al Qur'an dengan baik, memperhatikannya dengan saksama, dan renungkan ertinya (tadabbur ayat).
3. Hendaklah engkau mengkaji Sirah Nabi dan sejarah para generasi salaf sesuai dengan waktu yang tersedia. Buku yang dirasa mencukupi keperluan ini minimal adalah buku Hummatul Islam. Hendaklah engkau juga banyak membaca hadits Rasulullah saw, minimal hafal empat puluh hadits; ditekankan untuk menghafal Al Arba'in An Nawawiyah. Hendaklah engkau juga mengkaji risalah tentang pokok-pokok aqidah dan cabang-cabang fiqih.4. Hendaklah engkau bersegara melakukan general check up secara berkala atau berubat, begitu penyakit terasa mengenaimu. Di samping itu perhatikanlah faktor-faktor penyebab kekuatan dan perlindungan tubuh, serta hindarilah faktor-faktor penyebab lemahnya kesehatan.5. Hendaklah engkau menjauhi sikap berlebihan dalam mengkonsumsi kopi, teh, dan minuman perangsang selainnya. Janganlah engkau meminumnya kecuali dalam keadaan darurat dan hendaklah engkau menghindarkan diri sama sekali dari rokok.6. Hendaklah engkau perhatikan urusan kebersihan dalam segala hal menyangkut tempat tinggal, pakaian, makanan, badan, dan tempat kerja, karena agama ini dibangun di atas dasar kebersihan.7. Hendaklah engkau jujur dalam berkata dan jangan sekali-kali berdusta.8. Hendaklah engkau menepati janji, janganlah mengingkarinya, bagaimanapun kondisi yang engkau hadapi.9. Hendaklah engkau menjadi seorang yang pemberani dan tahan uji. Keberanian yang paling utama adalah terus terang dalam mengatakan kebenaran, ketahanan menyimpan rahasia, berani mengakui kesalahan, adil terhadap diri sendiri, dan dapat menguasainya dalam keadaan marah sekalipun.10. Hendaklah engkau senantiasa bersikap tenang dan terkesan serius. Namun janganlah keseriusan itu menghalangimu dari canda yang benar, senyum, dan tawa.11. Hendaklah engkau memiliki rasa malu yang kuat, berperasaan yang sensitif, dan peka oleh kebaikan dan keburukan, yakni munculnya rasa bahagia untuk yang pertama dan rasa tersiksa untuk yang kedua. Hendaklah engkau juga bersikap rendah hati dengan tanpa menghinakan diri, tidak bersikap taqlid, dan tidak terlalu lembut hati. Hendaklah engkau juga menuntut dari orang lain yang lebih rendah dari martabatmu untuk mendapatkan martabatmu yang sesungguhnya.12. Hendaklah engkau bersikap adil dan benar dalam memutuskan suatu perkara pada setiap situasi. Janganlah kemarahan melalaikanmu dari perbuatan kebaikan, janganlah mata keredhaan engkau pejamkan dari perilaku buruk, janganlah permusuhan membuatmu lupa dari pengakuan jasa baik, dan hendaklah engkau berkata benar meskipun itu merugikanmu atau merugikan orang yang paling dekat denganmu.13. Hendaklah engkau menjadi pekerja keras dan terlatih dalam aktiviti sosial. Hendaklah engkau merasa bahagia jika dapat mempersembahkan bakti untuk orang lain, gemar melawat orang sakit, membantu orang yang memerlukan, menanggung orang yang lemah, meringankan beban orang yang tertimpa musibah meskipun hanya dengan kata-kata yang baik. Hendaklah engkau juga senantiasa bersegera untuk berbuat kebaikan.14. Hendaklah engkau berhati kasih, dermawan, bertolak ansur, pemaaf, lemah lembut kepada manusia mahupun binatang, berperilaku baik dalam berhubungan dengan semua orang, menjaga etika-etika sosial Islam, menyayangi yang kecil dan menghormati yang besar, memberi tempat kepada orang lain dalam majlis, tidak memata-matai, tidak menggunjing, tidak mengumpat, meminta izin jika masuk maupun keluar rumah, dan lain-lain.15. Hendaklah engkau pandai membaca dan menulis, memperbanyak mentelaah terhadap risalah Ikhwan (majalah IM), akhbar, majalah, dan tulisan lainnya. Hendaklah engkau bangun perpustakaan khusus, seberapapun ukurannya; kosentrasilah terhadap spesifikasi keilmuan dan keahlianmu jika engkau seorang spesialis; dan kuasailah persoalan Islam secara umum yang dengannya dapat membangun persepsi yang baik untuk menjadi rujukan bagi pemahaman terhadap tuntutan fikrah.16. Hendaklah engkau memiliki projek usaha ekonomi; betapa pun engkau seorang kaya utamakanlah projek yang mandiri, betapa pun kecilnya; dan cukupkanlah dengan apa yang ada pada dirimu, betapa pun tingginya kapasiti keilmuanmu.17. Janganlah engkau terlalu berharap untuk menjadi pegawai negeri dan jadikanlah ia sebagai sesempit-sempitnya pintu rezeki, namun jangan pula engkau tolak jika diberi peluang untuk itu. Janganlah engkau melepaskannya kecuali jika ia benar-benar bertentangan dengan tugas-tugas dakwahmu.18. Hendaklah engkau perhatikan penunaian tugas-tugasmu (bagaimana kecermatan dan kuantitinya), janganlah menipu, dan tepatilah kesepakatan.19. Hendaklah engkau penuhi hakmu dengan baik, penuhi hak-hak orang lain dengan sempurna tanpa dikurangi dan dilebihkan, dan janganlah menunda-nunda pekerjaan.20. Hendaklah engkau menjauhkan diri dari judi dengan segala macamnya, apapun maksud di baliknya. Hendaklah engkau juga menjauhi mata pencaharian yang haram, betapapun keuntungan besar yang ada di baliknya.21. Hendaklah engkau menjauhkan diri dari riba dalam setiap aktivitimu dan sucikanlah ia sama sekali dari riba.22. Hendaklah engkau memelihara kekayaan umat Islam secara umum dengan mendorong berkembangnya projek-projek ekonomi Islam. Engkau pun hendaklah menjaga setiap keping mata wang agar tidak jatuh ke tangan orang non-Islam dalam keadaan bagaimanapun. Janganlah makan dan berpakaian kecuali produk negeri Islammu sendiri.23. Hendaklah engkau memiliki kontribusi kewangan dalam dakwah, engkau tunaikan kewajiban zakatmu, dan jadikan sebagian dari hartamu itu untuk orang yang meminta dan orang yang kekurangan, betapapun kecil penghasilanmu.24. Hendaklah engkau menyimpan sebagian dari penghasilanmu untuk persediaan masa-masa sulit, betapapun sedikit, dan janganlah sekali-kali menyusahkan dirimu untuk mengejar kesempurnaan.25. Hendaklah engkau bekerja semampu yang engkau lakukan untuk menghidupkan tradisi Islam dan mematikan tradisi jahiliyyah dalam setiap aspek kehidupanmu. Misalnya ucapan salam, bahasa, sejarah, pakaian, perabot rumah tangga, cara kerja dan istirahat, cara makan dan minum, cara datang dan pergi, serta gaya menunjukkan rasa suka dan duka. Hendaklah engkau menjaga sunah dalam setiap aktivitas tersebut.26. Hendaklah engkau memboikot peradilan setempat atau seluruh peradilan yang tidak Islami, demikian juga gelanggang-gelanggang, penerbitan-penerbitan, organisasi-organisasi, sekolah-sekolah, dan segenap institusi yang tidak mendukung fikrahmu secara total.27. Hendaklah engkau senantiasa merasakan diawasi oleh Allah, mengingat akhirat dan bersiap-siap untuk menjemputnya, mengambil jalan pintas untuk menuju ridha Allah dengan tekad yang kuat, serta mendekatkan diri kepada-Nya dengan ibadah sunah, seperti shalat malam, puasa tiga hari minimum setiap bulan, memperbanyak dzikir (hati dan lisan), dan berusaha mengamalkan doa yang diajarkan pada setiap kesempatan).28. Hendaklah engkau bersuci dengan baik dan usahakan agar senantiasa dalam keadaan berwudhu (suci) di sebagian besar waktumu.29. Hendaklah engkau melakukan shalat pada saatnya, di manapun ia berada, dan seketika itu juga.30. Hendaklah engkau berpuasa Ramadhan dan berhaji dengan baik, jika engkau mampu melakukannya. Kerjakan sekarang juga jika engkau telah mampu.31. Hendaklah engkau senantiasa menyertai dirimu dengan niat jihad dan cinta mati syahid. Bersiaplah untuk itu bila saja kesempatan untuk itu tiba.32. Hendaklah engkau senantiasa memperbaharui taubat dan istighfarmu. Berhati-hatilah terhadap dosa kecil, apalagi dosa besar. Sediakanlah untuk dirimu beberapa saat sebelum tidur untuk muhasabah diri terhadap apa-apa yang telah engkau lakukan; yang baik maupun yang buruk. Perhatikan waktumu, karena waktu itu adalah kehidupan itu sendiri.Janganlah engkau pergunakan ia sedikit pun tanpa guna, dan janganlah engkau ceroboh terhadap hal-hal yang syubhat agar tidak jatuh ke dalam kubangan yang haram.33. Hendaklah engkau berjuang meningkatkan kemampuanmu dengan sungguh-sungguh agar engkau dapat menerima tongkat kepemimpinan. Hendaklah engkau menundukkan pandanganmu, menekan emosimu, dan memotong habis selera-selera rendah dari jiwamu. Bawalah ia hanya untuk menggapai yang halal dan baik, serta hijabilah ia dari yang haram dalam keadaan bagaimanapun.34. Hendaklah engkau jauhi khamr (alcohol) dan seluruh makanan atau minuman yang memabukkan sejauh-jauhnya.35. Hendaklah engkau menjauh dari pergaulan dengan orang jahat dan persahabatan dengan orang yang rosak, serta jauhilah tempat-tempat maksiat.36. Hendaklah engkau perangi tempat-tempat iseng, jangan sekali-kali mendekatinya, serta jauhilah gaya hidup mewah dan bersantai-santai.37. Hendaklah engkau mengetahui anggota katibahmu satu persatu dengan pengetahuan yang lengkap, dan kenalkanlah dirimu kepada mereka dengan selengkap-lengkapnya. Tunaikanlah hak-hak ukhuwah mereka dengan seutuhnya; hak kasih sayang, penghargaan, pertolongan, dan itsar. Hendaklah engkau senantiasa hadir di majlismereka, tidak hadir kecuali karena udzur darurat, dan pegang teguhlah sikap itsar dalam pergaulanmu dengan mereka.38. Hendaklah engkau hindari hubungan dengan organisasi atau jamaah apapun sekiranya hubungan itu tidak membawa maslahat bagi fikrahmu, terutama jika diperintahkan untuk itu.39. Hendaklah engkau menyebarkan dakwahmu di manapun dan memberi informasi kepada pemimpin tentang segala keadaab yang melingkupimu. Janganlah engkau berbuat sesuatu yang berdampak strategis kecuali dengan seizinnya.40. Hendaklah engkau senantiasa menjalin hubungan, baik secara ruhani maupun amali, dengan Jamaah dan menempatkan dirimu sebagai tentara yang berada di tangsi yang tengah menanti arahan komandan.

0 komentar: