INSPIRASI DALAM AKSI

Filed under: by: tejoarum

Namaku KAMMI. Orang-orang juga memanggilku demikian, lebih praktis dibanding melafalkan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia. Kalau engkau teringat sesuatu begitu memanggilku, tentulah sebuah akronim KAMI yang mencatat prestasi besar (dan akhirnya kelam?) sebuah jaringan gerakan mahasiswa Indonesia dalam rentang sejarah Indonesia 66-an. Konon, atas alasan citra historis itulah founding fathers-ku mengambil nama itu, dan atas alasan ideologis menambah tasydid pada mim hingga KAMMI-lah namaku.Aku lahir tanggal 29 Maret 1998 di Malang dalam rentang situasi yang teramat sangat ‘enak dan perlu’ bagi lahirnya gerakan mahasiswa di negara dunia ketiga; tirani-otoriter, despotik, tidak adil, dan tidak demokratis. Gerakan mahasiswa – begitulah aku disebut – adalah bagian dari aktor muda yang selalu mencoba masuk dalam peta sejarah peradaban bangsa yang selalu saja terhegemoni oleh orang-orang tua yang bermentalitas ‘stabilisme’, ‘klaim legitimasi dan otoritas’, ‘mapan’ dan ‘status quo’. Kami adalah anak muda secara biologis bahwa keniscayaan takdir membuat manusia harus mati dan berganti, maupun secara historis bahwa kami adalah generasi baru Indonesia yang setidaknya ‘tersucikan’ dari kekotoran dan najis politik generasi lama yang memporakporandakan bangsa. Sebagai anak muda tentu saja kami bernilai istimewa; ‘energik’, ‘kreatif’, ‘bening-moralis’, dan tentu saja ‘anti status quo’. Wajar sajalah sehingga orang semacam Arnold Toyenbee dalam buku monumentalnya “The Study of History”, menyebut kami (yang spiritnya diilhami oleh Ibnn Khaldun) “the creative minority”, maupun Jack Newfield yang menggelari kami sebagai “penghusung pesan-pesan kenabian”. Tetapi aku tidak lahir begitu saja, benihku adalah benih yang tertanam dalam rahim Indonesia sejak 25-an tahun silam. Saat itu Soeharto dan para arsitek Orde Baru begitu ketakutan di usia politiknya yang baru 12-an tahun terhadap mahasiswa yang mulai jenuh dan menentangnya. Daud Yusuf menerjemahkannya melalui proyek depolitisasi kampus melalui NKK-BKK. Tiarapnya gerakan mahasiswa secara politik dimanfaatkan secara kreatif dengan memanfaatkan peluang yang setidaknya dilihat Orde Baru sebagai sikap apolitis: kajian keislaman. Generasi baru Islam Indonesia tahun 80-an seolah menemukan cara yang berbeda dalam memahami Islam dan konteks politik Indonesia saat itu. Setidaknya itulah yang tergambarkan lewat seruan Nurcholis Madjid – yang lumayan kontroversial secara ide – ‘Islam yes, Partai Islam no’. Semangat baru generasi muda Islam terhimpun dalam usaha untuk meyakini Islam sebagai alternatif bacaan yang membawa ‘pencerahan’ atas ‘gelapnya’ dominasi wacana Barat (dan dalam konteks Indonesia adalah dominasi Orde Baru) dan kemudian usaha membaca Islam secara intelektual untuk merumuskannya dalam praksis agenda obyektif bangsa. Anak-anak muda Islam tersebut membaca Al Quran (dan sunnah Rasulullah) dengan sepenuh gairah kemudaan dan melakukan eksplorasi dan elaborasi secara intelektual dan gerakan.Lahan persemaianku, Lembaga Dakwah Kampus (LDK) adalah manifestasi dari gairah-gairah tersebut, hingga dari kampus-kampus besar ia menyebar ke seluruh Indonesia dengan polanya yang khas: ‘kajian keislaman’, ‘dalam sel-sel kecil pembentukan kepribadian’, dan ‘wacana dengan dasar Quran dan Sunnah’. Fahri Hamzah – mas’ul pertamaku - menyebutnya sebagai ‘anak-anak sekolah’ yang punya ‘gagasan untuk berjamaah, berkumpul dalam suatu kesadaran akan pentingnya membina diri secara fisik, mental, dan spiritual’ di mana ‘kesadaran ini berlanjut menjadi semacam gerakan purifikasi’ yang menjadikan ‘sejarah nabi dan sahabat sebagai ingatan dasar’ . Orang menyebutnya sebagai gerakan purifikatif atau neo-revivalis atau menurut Hasan Hanafi adalah Islam reformis moderat, yang biasanya disandarkan sebagai sifat dan ideologi sebuah gerakan internasional yang tumbuh dari Mesir: Ikhwanul Muslimin.Tetapi, aktivitas purifikasi yang bergerak seolah secara ‘bawah tanah’ pada awal 90-an muncul ke ranah publik (kampus) dengan melakukan – menurut Qodari – ‘afirmasi’ terhadap ‘politik kampus’ dengan masuk dalam lembaga politik kampus. Periode itulah yang menentukan arah dakwah kampus yang lebih ‘terbuka’ dan menjelaskan masifnya mobilisasi yang luar biasa cepat pada tahun 1998 yang melahirkanku – KAMMI – sebagai sebuah jaringan kerja gerakan dakwah, sekaligus sebagai ‘tapal batas’ antara dakwah kampus melalu LDK yang semula apolitis menjadi sebuah gerakan politik baru .“Maka tatkala mereka (kaum itu) melupakan peringatan (dan ajaran) yang telah diberikan pada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka. Sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang diberikan kepada mereka, Kami siksa (dan timpakan bencana kepada) mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam (terpana) dan putus asa (tak tahu harus berbuat apa)” (QS Al An’am 44)Namaku KAMMI. Aku lahir dan besar dengan teramat sangat cepat dengan prestasi politik yang dianggap terlalu hebat untuk gerakan seusiaku. Saat seluruh aksi demonstrasi 1998 masih berpusar di dalam kampus sebagai wilayah yang aman dan terlindungi oleh kebebasan akademis, aku hadir keluar kampus dengan massa besar (20.000!) tanggal 10 April di ‘wilayah aman’ yang lain yaitu di mesjid (Al Azhar Jakarta). Aksi yang kemudian kugeliatkan secara masif bersama elemen bangsa yang lain berturut-turut di berbagai kota, dengan darah yang terkorbankan di Trisakti, dengan sisipan manuver-manuver politik yang undercover, yang berpuncak pada kegentingan Jakarta 20 Mei 1998 saat aku, Amin Rais dan jaring reformasi yang lain merencanakan Aksi Sejuta Ummat di Monas pada hari Kebangkitan Indonesia. Aksi yang gagal, tapi berbuah esoknya: Soeharto mundur. ShadaqaLlaah – Maha Benar Allah dengan firman-Nya.Lima tahun pasca Soeharto tumbang ini, kurenungi jejak-jejak langkah politikku. Kulihat setidaknya ada empat fase langkah politikku yang (ternyata!) semua berjejak sama: isu kepemimpinan nasional. Sampai Soeharto lengser itulah fase pertamaku, dimana aku berhasil masuk dalam pusaran politik yang menentukan serta dimana interaksi antar elemen gerakan perubahan teramat sangat kuat. Semua berada pada lafadz sama: Turunkan Soeharto. Setelah itu? Kegagalan membangun platform Indonesia secara bersama dan mendefinisikan agenda reformasi yang konkrit dan tidak sloganistis meruntuhkan bulan madu gerakan-gerakan 98. Sekat ideologis dan kepentingan menyeruak begitu pekat. Inilah fase keduaku: fase Habibie hingga Pemilu 99. Usahaku meyakinkan bahwa reformasi harus menyeluruh, dan ia butuh waktu dan butuh penumbuhan institusi demokratis harus berkelindan dengan situasi sosial politik Indonesia yang rumit. Isu Sidang Istimewa 99 merubuhkan bangunan konsolidasi gerakan yang memecah gerakan – jadilah darah kembali menetes di Semanggi dan elemen masyarakat mengacungkan pedang dan tombaknya. Aku mencoba meredakannya dengan mengatakan bahwa menolak maupu menerima SI secara mutlak adalah salah, pilihan terbaiknya (menurutku) adalah memastikan bahwa SI menjamin reformasi total dan justru tidak meneguhkannya sebagai ruang baru bagi Orde Baru. Saat itulah kukenalkan enam visi reformasi yang kemudian menjadi jargon utama sekaligus parameteri evaluatif rezim bagi gerakan pro-reformasi pasca Orba yang meliputi: (1) penegakkan supremasi hukum dengan jalan pengadilan Soeharto (2) menghapus dwifungsi ABRI (3) mengamandemen UUD 45 (4) otonomi daerah yang luas (5) penegakkan tradisi demokrasi (6) pertanggung jawaban Orde Baru . Martin van Bruinessen mencatatkan fase Habibie sebagai situasi dikotomis antara pilihan politik kaum muslimin (termasuk Amin Rais) yang menganggap Habibie adalah ‘orang yang cukup’ untuk menjamin transisi demokratis sekaligus menjamin ‘kepentingan’ umat Islam, dengan pilihan politik kaum sekular yang menempatkan Habibie adalah ‘orang yang cacat’ karena ia adalah murid Soeharto sehingga mereka memunculkan tokoh semacam Gus Dur, Megawati, dan Sri Sultan HB X – yang kata Bruinessen – ironisnya karena alasan tertentu justru bukanlah orang yang secara tajam menyuarakan agenda reformasi saat Orde Baru masih tegar .Hiruk pikuk fase Habibie selesai dengan Pemilu 99 yang melejitkan PDIP, ‘mengembalikan’ Golkar dan memastikan kubu pro-reformasi kembali terkubur oleh realitas politik. Gus Dur yang secara mengejutkan terpilih melalui gesekan-gesekan politik yang secara gamblang semakin menegaskan kekalahan agenda reformasi pada pragmatisme politik. Gus Dur pulalah yang selama ini disebut-sebut sebagai demokrat (setidaknya karena pada masa Soeharto ia pernah dirikan Forum Demokrasi) secara mengejutkan pula menjadi ademokratis, gagal membentuk negara yang kuat, terlebih berpikir tentang agenda reformasi. Inilah fase ketiga yang kembali mesti kulakoni: menurunkan Gus Dur! Agenda ini akhirnya mau tidak mau harus beririsan dengan pekatnya agenda politik di parlemen. Sungguh, aku selalu berpikir bahwa Gus Dur semestinya adalah aktor politik yang dengan seluruh kebesarannya mampu menunaikan tugasnya. Tetapi ia gagal, rakyat juga berkata begitu, aku pun turun kembali dan berteriak agar ia pun turun. Sebuah pilihan baru yang kuambil secara lebih radikal – karena kesabaran yang semakin habis - bahwa akhirnya siapa saja yang gagal ia harus berhenti. Resiko yang kuhadapi pun tidak main-main, yang paling mahal tentu saja adalah konflik horisontal yang kembali menjadi bagian pertempuran elit politik! Berhadapan dengan pilihan sebagian gerakan kiri yang menandaskan pembubaran Golkar dan pengadilan Orde Baru sebagai satu-satunya pilihan dengan menafikan kemungkinan Orde Baru menyusup di tubuh Gus Dur. Gus Dur pun dimundurkan parlemen, dan memunculkan Megawati – dengan ironisme Indonesia yang selalu saja lupa pada sejarah - dengan problem yang sama!! Secara lebih reflektif, aku mencoba memahami kecenderunganku untuk selalu memilih isu khas kepemimpinan nasional. Pada satu sisi, ini meneguhkan posisiku yang selalu menjadi ‘oposan abadi’ dan kelompok penekan (pressure group) bagi siapa saja yang berkuasa. Pada sisi lain, konsekuensi dari pilihan semacam ini adalah sifatnya yang pragmatis, dan pekat dengan kepentingan politik elit, karenanya menyebabkan konflik horisontal (akibat elit yang tidak pernah pede bertempur secara fair), sekaligus ia menutup pada agenda yang lebih substantif: agenda kultural dan agenda intelektual. Masalahnya adalah karena Indonesia belum cukup dewasa untuk bertanggung jawab menyelesaikan proses demokratisasi. Pada situasi semacam itu, pilihan yang paling moderat (dan konservatif) adalah memang mewujudkan demokrasi model Schumpeterian yaitu dengan memastikan prosedur-prosedur dan koridor demokrasi dibangun dan dijalankan secara konsisten, sembari diimbangi dengan pilihan demokrasi partisipatif yang memastikan rakyat memungkinkan terlibat secara aktif dalam agenda politik yang biasanya diklaim sebagai wilayah elit politik. Inilah pilihan yang disodorkan oleh Eep Saefullah Fatah dengan istilah ‘kesabaran revolusioner’ dengan mengkritik pilihan kedua yang ia sebut ‘ketergesaan politik’ yaitu dengan secara radikal-revolusioner kembali meruntuhkan rezim yang - selalu saja - Orbaism.***“Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, perempuan, maupun anak-anak yang semuanya berdoa: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang dzalim penduduknya, dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau” (QS An Nisa 75)Namaku KAMMI. Tasydid pada mim dalam namaku adalah representasi ideologisku. Islam bagiku adalah energi yang amat dahsyat sekaligus samudera yang amat luas. Bagiku, Islam lahir untuk menentang dominasi dan hegemoni ide serta kekuasaan, ia menegaskan akan ketiadaan yang mutlak kecuali Allah swt. Islam juga agama yang sangat kenyal (pervasive) mengikuti zaman, hingga Islam akan sulit dilihat sebagai agama yang out of date sehingga menjadi monumen ritual budaya semata, atau bahkan dipinggirkan dari peran-peran duniawi menjadi sekedar jalan spiritualitas. Bacaan terhadap Al Quran dan Sunnah dilengkapi dengan metodologi (seperti ushul fiqh, dan musthalah al hadits) yang memungkinkan untuk menjawab setiap pertanyaan zaman. Karena itulah, Islam selalu merupakan agama yang syamil wamutakammil (lengkap dan sempurna). Keyakinanku yang utuh semacam inilah sebenarnya yang telah melahirkan kader-kader dakwah yang kata Tempo “sederhana, sopan, rendah hati (tawadlu), rajin ibadah, dan menegakkan sunnah” atau dalam bahasa Eko Prasetyo “berwajah teduh bermata sejuk – lugu dan murni, tetapi tampil dengan gagah, berani dan mungkin sedikit angkuh”. Terlebih dilambari dengan sejumput keistimewaan kalau tidak – menurut Bachtiar Effendy – ‘kemewahan’ (luxury) bahwa mereka adalah generasi muda Islam terdidik yang terjalin dalam jaringan gerakan secara solid dan militan, barang berharga yang susah ditemukan oleh teman-temanku gerakan mahasiswa lain.Karena itulah, dengan seluruh kelengkapannya Islam sebenarnya selain ia telah menyediakan energi bagi ranah politik yang selama ini kupakai, ia juga memberikan energi gerakan dan menjadi samudera eleborasi bagi ranah lain yang sayangnya jarang kumasuki: ranah kultural dan ranah intelektual. Ranah politik memang memastikan tekanan yang besar terutama bagi agenda pragmatis, tetapi ia meninggalkan sebuah ruang kosong yang justru berkontribusi dalam penunaian agenda perubahan bangsa. Kuamati bahwa realitas politik lima tahun pasca Soeharto adalah hiruk pikuk ‘seolah-olah’ reformasi (alias reformasi palsu), kalau tidak justru adalah penggagahan reformasi oleh kepentingan nafsu kekuasaan dan kekayaan. Orde Baru telah berkembang jauh dari sekedar struktur politik menjadi mentalitas dan budaya, sehingga menumbangkan Orde Baru sesungguhnya bukanlah sekedar menggulung aktor-aktornya tapi justru merevolusi konstruksi mental yang ia bangun.Ironisnya, seringkali aku harus terkejut melihat fenomena-fenomena Islam di Indonesia yang telah menyelusup secara ‘diam-diam’ dalam relung-relung batin dan ruang-ruang masyarakat padahal akulah (setidaknya benih yang menumbuhkanku) adalah salah satu yang dulu mengenalkannya. Telah banyak cendekiawan yang menawarkan proposal agenda kultural itu: Kuntowijoyo dengan ilmu sosial profetiknya, Amin Rais dengan tauhid sosialnya, Muslim Abdurrahman dengan Islam transformatifnya. Bahkan Yusuf Qaradhawi amat membantu dengan merumuskan seperangkat fiqih yang membuatnya terasa mudah: fiqh ikhtilaf, fiqh pertimbangan (muwazanat), fiqh prioritas (aulawiyat), fiqh nash dalam kerangka maqashidu syari’at, fiqh realitas (waqi’), dan fiqh perubahan. Yang mereka butuhkan adalah kemauanku mengelaborasinya secara intelektual, dan mengoperasikannya dalam lapangan gerakan. Itu saja…Diversifikasi agenda mungkin itulah yang mesti kulakukan saat mentas dari usia balita karena “perang Badar di garis depan dimenangkan karena Ibnu Ummi Maktum telah menjaga Madinah”. Agar ‘potong generasi’ atau ‘revolusi’ tidak sekedar menjadi slogan.Aku mahasiswa, Aku muslim, Aku orang Indonesia.Namaku KAMMI…VISI KAMMIWadah perjuangan permanen yang akan melahirkan kader-kaderpemimpin bangsa masa depan yang tangguh dalam upaya mewujudkanmasyarakat Islami di Indonesia.MISI KAMMI 1. Membina keislaman, keimanan, dan ketaqwaan mahasiswa muslim Indonesia. 2. Menggali, mengembangkan, dan memantapkan potensi dakwah, intelektual, sosial, dan politik mahasiswa. 3. Mencerahkan dan meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia menjadi masyarakat yang rabbani, madani, adil, dan sejahtera. 4. Memelopori dan memelihara komunikasi, solidaritas, dan kerjasama mahasiswa Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan kerakyatan dan kebangsaan. 5. Mengembangkan kerjasama antar elemen masyarakat dengan semangat membawa kebaikan, menyebar manfaat, dan mencegah kemungkaran (amar ma`ruf nahi munkar). PRINSIP GERAKAN KAMMI 1. Kemenangan Islam adalah jiwa perjuangan KAMMI 2. Kebathilan adalah musuh abadi KAMMI 3. Solusi Islam adalah tawaran perjuangan KAMMI 4. Perbaikan adalah tradisi perjungan KAMMI 5. Kepemimpinan umat adalah strategi perjuangan KAMMI 6. Persaudaraan adalah watak muamalah KAMMI
KREDO GERAKAN KAMMI
1. Kami adalah orang-orang yang berpikir dan berkendak merdeka.
Tidak ada satu orang pun yang bisa memaksa kami bertindak.
Kami hanya bertindak atas dasar pemahaman, bukan taklid,
serta atas dasar keikhlasan, bukan mencari pujian atau
kedudukan.
2. Kami adalah orang-orang pemberani. Hanyalah Allah yang kami
takuti. Tidak ada satu makhluk pun yang bisa menggentarkan
hati kami, atau membuat kami tertunduk apalagi takluk
kepadanya. Tiada yang kami takuti, kecuali ketakutan kepada
selain-Nya.
3. Kami adalah para petarung sejati. Atas nama al-haq kami
bertempur, sampai tidak ada lagi fitnah di muka bumi ini.
Kami bukan golongan orang yang melarikan diri dari medan
pertempuran atau orang-orang yang enggan pergi berjihad.
Kami akan memenangkan setiap pertarungan dengan menegakkan
prinsip-prinsip Islam
4. Kami adalah penghitung risiko yang cermat, tetapi kami
bukanlah orang-orang yang takut mengambil risiko. Syahid
adalah kemuliaan dan cita-cita tertinggi kami.
Kami adalah para perindu surga. Kami akan menyebarkan
aromanya di dalam kehidupan keseharian kami kepada
suasana lingkungan kami. Hari-hari kami senantiasa
dihiasi dengan tilawah, dzikir, saling menasehati dalam
kebenaran dan kesabaran, diskusi-diskusi yang bermanfaat
dan jauh dari kesia-siaan, serta kerja-kerja yang konkret
bagi perbaikan masyarakat.Kami adalah putra-putri kandung
dakwah, akan beredar bersama dakwah ini ke mana
pun perginya, menjadi pembangunnya yang paling tekun,
menjadi penyebarnya yang paling agresif, serta penegaknya
yang paling kokoh.
5. Kami adalah orang-orang yang senantiasa menyiapkan diri
untuk masa depan Islam. Kami bukanlah orang yang suka
berleha-leha, minimalis dan loyo. Kami senantiasa
bertebaran di dalam kehidupan, melakukan eksperimen yang
terencana, dan kami adalah orang-orang progressif yang
bebas dari kejumudan, karena kami memandang bahwa kehidupan
ini adalah tempat untuk belajar, agar kami dan para penerus
kami menjadi perebut kemenangan yang hanya akan kami
persembahkan untuk Islam.
6. Kami adalah ilmuwan yang tajam analisisnya, pemuda yang
kritis terhadap kebatilan, politisi yang piawai
mengalahkan muslihat musuh dan yang piawai dalam
memperjuangkan kepentingan umat, seorang pejuang disiang
hari dan rahib di malam hari, pemimpin yang bermoral,
teguh pada prinsip dan mampu mentransformasikan
masyarakat, guru yang mampu memberikan kepahaman dan
teladan, sahabat yang tulus dan penuh kasih sayang,
relawan yang mampu memecahkan masalah sosial, warga yang
ramah kepada masyarakatnya dan responsif terhadap masalah
mereka, manajer yang efektif dan efisien, prajurit yang
gagah berani dan pintar bersiasat, prajurit, diplomat
yang terampil berdialog, piawai berwacana, luas
pergaulannya, percaya diri yang tinggi, semangat yang
berkobar tinggi.





Kita adalah pejuang pejuang yang tangguh dengan segala kewajiban yang akan senantisa menyertainya, senjata senjata kita senantiasa bersiap siaga menyongsong musuh musuh kita
Kita adalah pahlawan pahlawan yang senantisa hidup, menyemai kebenaran dan keadilan, menyerukan hitam adalah hitam dan putih adalah putih, figur yang senantiasa menggariskan sejarah sejarah kemenangan
Kita adalah jiwa jiwa yang penuh dengan kobaran semangat yang senantiasa berapi api dan berkekuatan sekeras baja, mendobrak dan mengebrak mentalitas dengan kekokohan totalitas
Kita adalah insan insan utama yang mempunyai integritas dan loyalitas, melangkah dengan batas, symbol ikhlas dan tadhiyah menyertai semangat jihad. Membina dan menjaga ukhuwah
Kita adalah generasi generasi andalan, dengan asas kemandirian, berpikir tentang kejayaan, taktis,kritisdan strategis dalam bergerak, kreatif,inspiartif dan inspiratif dalam beraksi

FIGUR OF EIGHT

Filed under: by: tejoarum



FIGUR OF EIGHT kata yang tak asing untuk para pecinta alam, alat descender yang kuno tapi memiliki ke khasan sendiri sehingga walaupun bermunculan descender descender modern kong 8 ini tak lekang oleh zaman, alat yang satu ini lebih nyetel dihati dan very very simple.
muncul pertanyaan apa yang dapat kita petik ilmu dari figur of eight, dari namanya, figur klo saya artikan orang yang berpengaruh boleh ga, boleh ya, tapi kalo ada yang lain ga apa apa, eight berarti 8, jadi kalo saya lho ini, versi saya bukan yang lain. ada 8 karakter yang ada pada seorang yang berpengaruh, apa saja?
1. bahasa
tutur kata, cara bicara, komunikasi,berkomentar, pidato, penguasaan
2. kelakuan
berjalan,berpakaian,manajemen ( waktu,masalah,dll) ,sifat,bangun tidur
3. cara berpikir
analisis,solusi,cerdas,luas,kreatif,aneh
4. kharisma
pengaruh,pembawaan,publikasi
5. fisik
sehat,tegap
6. kuat
tegar, kokoh, tangguh, ulet,bergaining
7. emosi
khas,mental,semangat,hati
8. mantab
funding,massa,pasangan,

October 08, 2007 | Permalink

MUWASHOFAT

Filed under: by: tejoarum

Siapa yang belum maka bersegeralah, siapa yang sudah istiqomahlah
1. Aqidahnya bersih (saliimul 'aqiidah)
2. Akhlaknya solid (Matiinul khuluqi)
3. Ibadahnya benar (Shohiihul I'baadah)
4. Tubuhnya sehat dan kuat (Qowiyyul jismi)
5. Pikirannya intelek (Mutsaqqoful fikri)
6. Jiwanya bersungguh-sungguh (Mujaahadatun nafsi)
7. Mampu berusaha mencari nafkah (Qaadiirun 'alal kasbi)
8. Efisien dalam memanfaatkan waktu (Hariisun 'alal waqti)
9. Bermanfaat bagi orang lain (Naafi'un lighoirihi)
10. Selalu menghindari perkara yang samar-samar (Ba'iidun 'anisy syubuhat)
11. Senantiasa menjaga dan memelihara lisan (Hifdzul lisaan)
12. Selalu istiqomah dalam kebenaran (istiqoomatun filhaqqi)
13. Senantiasa menundukkan pandangan dan memelihara kehormatan (Gaddhul bashor wahifdul hurumat)
14. Lemah lembut dan suka memaafkan (Latiifun wahubbul 'afwi)
15. Benar, jujur dan tegas (Al Haq, Al-amanah-wasyja' ah)
16. Selalu yakin dalam tindakan (Mutayaqqinun fil'amal)
17. Rendah hati (Tawadhu'wink
18. Berpikir positif dan membangun (Al-fikru wal-bina'wink
19. Senantiasa siap menolong (Mutanaashirun lighoirihi)
20. Bersikap keras terhadap orang-orang kafir (Asysyidda'u 'alal kuffar)

UNTUK MUSLIM

Filed under: by: tejoarum

UNTUK MUSLIM

1. Dalam kondisi bagaimanapun, dirikanlah shalat ketika mendengar Adzan
2. Baca atau dengarkan Al-Qur’an dan ingatlah Allah, Jangan habiskan sebagian waktu- waktu anda pada hal-hal yang tidak berguna
3. Berusaha untuk bisa berbicara bahasa Arab fasih(baik dan benar), sebab hal itu merupakan Doktrin Islam, karena bahasa adalah kunci menggenggam ilmu
4. Jangan memperbanyak debat dalam setiap urusan bagaimanapun bentuknya, sebab pamer kepandaian dan apa yang dinamakan riya itu tak akan mendatangkan kebaikan sama sekali
5. Jangan banyak tertawa, sebab hati yang selalu berinteraksi dengan Allah adalah hati yang tenag dan khusyuk
6. Jangan bergurau, sebab sebuah muslim yang gigih berjuang tak mengenal selain kesungguhan
7. Jangan mengeraskan suara melebihi yang dibutuhkan oleh pendengar, sebab itu merupakan kecerobohan dan menyakitkan yang lain
8. Jauhi dari menggunjing orang dan menjelek-jelekkan kelompok atau organisasi, jangan membicarakannya selain kebaikannya saja
9. Kenalkan diri anda kepada saudara-saudara seagama dan seperjuangan walaupun anda tidak dituntut,sebab dasar dakwah adalah Dekat, perhatian dan Kenal
10.Ketahuilah bahwa kewajiban itu lebih banyak dari pada waktu yang terluang, maka bantulah saudaramu untuk menggunakan wqaktunya dengan sebaik-baiknya dan jika anda punya kepentingan(tugas) selesaikan segera.

BERJUANG DENGAN IKHLAS

Filed under: by: tejoarum

Rasulullah saw. bersabda, “Allah telah menjamin bagi orang yang berjihad di jalan Allah, tidak ada yang mendorongnya keluar dari rumah selain jihad di jalan-Nya dan membenarkan kalimat-kalimat-Nya untuk memasukkannya ke surga atau mengembalikannya ke tempat tinggal semula dengan membawa pahala atau ghanimah.” (Diriwayarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim)

Banyak orang yang berjuang. Tapi tidak sebanyak itu yang berjuang dengan ikhlas. Melalui interaksi dengan Kitabullah dan Nabi Muhammad saw., para sahabat memahami betul bahwa memurnikan (mengikhlaskan) orientasi dan amal hanya untuk Allah adalah suatu keniscayaan yang tidak dapat ditawa-tawar lagi. Mereka meyakini sepenuhnya bahwa hal itu merupakan kunci untuk memperoleh pertolongan dan dukungan Allah dalam setiap pertempuran yang mereka terjuni, menghadapi musuh-musuh mereka, baik musuh dari dalam diri maupun dari luar mereka. Mereka mendengar firman Allah swt.:

“Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Badwi yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (pergi berperang) dan tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri Rasul. Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan, dan kelaparan pada jalan Allah. Dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan suatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal shalih. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” [At-Taubah (9):120]

Para sahabat memahami hal itu dan mengaplikasikannya dalam diri mereka. Maka dampaknya pun terlihat dalam perilaku mereka. Syadad bin Al-Hadi mengatakan, seorang Arab gunung datang kepada Rasulullah saw. lalu beriman dan mengikutinya. Orang itu mengatakan, “Aku akan berhijrah bersamamu.” Maka Rasulullah saw. menitipkan orang itu kepada para sahabatnya. Saat terjadi Perang Khaibar, Rasulullah saw. memperoleh ghanimah (rampasan perang). Lalu beliau membagi-bagikannya dan menyisihkan bagian untuk orang itu seraya menyerahkannya kepada para sahabat. Orang itu biasa menggembalakan binatang ternak mereka. Ketika ia datang, para sahabat menyerahkan jatahnya itu. Orang itu mengatakan, “Apa ini?” Mereka menjawab, “Ini adalah bagianmu yang dijatahkan oleh Rasulullah saw.” Orang itu mengatakan lagi, “Aku mengikutimu bukan karena ingin mendapatkan bagian seperti ini. Aku mengikutimu semata-mata karena aku ingin tertusuk dengan anak panah di sini (sambil menunjuk tenggorokannya), lalu aku mati lalu masuk surga.” Rasulullah saw. mengatakan, “Jika kamu jujur kepada Allah, maka Dia akan meluluskan keinginanmu.” Lalu mereka berangkat untuk memerangi musuh. Para sahabat datang dengan membopong orang itu dalam keadaan tertusuk panah di bagian tubuh yang ditunjuknya. Rasulullah saw. mengatakan, “Inikah orang itu?” Mereka menjawab, “Ya.” Rasulullah saw. berujar, “Ia telah jujur kepada Allah, maka Allah meluluskan keinginannya.” Lalu Rasulullah saw. mengafaninya dengan jubah beliau kemudian menshalatinya. Dan di antara doa yang terdengar dalam shalatnya itu adalah: “Allaahumma haadza ‘abduka kharaja muhaajiran fii sabiilika faqutila syahiidan wa ana syahidun ‘alaihi” (Ya Allah, ini adalah hamba-Mu. Dia keluar dalam rangka berhijrah di jalan-Mu, lalu ia terbunuh sebagai syahid dan aku menjadi saksi atasnya).” (Diriwayatkan oleh An-Nasai)

Anas Bin Malik –-semoga Allah meridhainya– menceritakan bahwa seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saw. seraya mengatakan, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku orang hitam, buruk rupa, dan tidak punya harta. Jika aku memerangi mereka (orang-orang kafir) hingga terbunuh, apakah aku masuk surga?” Rasulullah saw. menjawab, “Ya.” Lalu ia maju dan bertempur hingga terbunuh. Ia lalu dibawa kepada Rasulullah saw. dalam keadaan sudah meninggal. Rasulullah saw. mengatakan, “Sungguh Allah telah membuat indah wajahmu, membuat harum baumu, dan membuat banyak hartamu.” Beliau kemudian melanjutkan, “Aku telah melihat kedua isterinya dari kalangan bidadari mereka berebut jubah yang dikenakannya. Mereka masuk antara kulit dan jubahnya.” (Diriwayatkan oleh Al-Hakim)

Begitulah para sahabat mempraktikkan ikhlas dalam perjuangan. Dan begitu pulalah seharusnya kita mempraktikkannya. Dan jika ada bersitan dalam jiwa selain keikhlasan, maka hendaknya kita ingat hal-hal berikut ini:


Pertama, bahwa Allah mengawasi, mengetahui, mendengar, melihat kita. Firman-Nya: “Dan Dialah Allah (Yang Disembah), baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan; dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan.” [Al-An’am (6): 3]

, bahwa Allah mengawasi, mengetahui, mendengar, melihat kita. Firman-Nya: [Al-An’am (6): 3]

Katakanlah: “Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui.” Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan apa-apa yang ada di bumi. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. [Ali Imran (3): 29]

[Ali Imran (3): 29]

Kedua, bahwa orang yang riya (ingin dilihat orang) atau sum’ah (ingin didengar orang) dalam beramal akan dibongkar oleh Allah semenjak di dunia sebelum di akhirat. Dan mereka tidak mendapatkan bagian dari amal mereka selain dari apa yang dinginkannya. Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang ingin (amalnya) didengar orang, maka Allah akan membuatnya didengar; dan siapa yang ingin (amalnya) dilihat orang, maka Allah akan membuatnya dilihat orang.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim)

, bahwa orang yang (ingin dilihat orang) atau (ingin didengar orang) dalam beramal akan dibongkar oleh Allah semenjak di dunia sebelum di akhirat. Dan mereka tidak mendapatkan bagian dari amal mereka selain dari apa yang dinginkannya. Rasulullah saw. bersabda, “Siapa yang ingin (amalnya) didengar orang, maka Allah akan membuatnya didengar; dan siapa yang ingin (amalnya) dilihat orang, maka Allah akan membuatnya dilihat orang.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim)

Ketiga, bahwa kekalahan yang diderita kaum Muslimin dewasa ini adalah akibat ulah kita sendiri. Firman-Nya: “Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri.” [Yunus (10): 44]

, bahwa kekalahan yang diderita kaum Muslimin dewasa ini adalah akibat ulah kita sendiri. Firman-Nya: [Yunus (10): 44]

Keempat, bahwa ketidak-ikhlasan menghancurkan amal, besar maupun kecil. Dan dengan demikian berarti kita telah membuat perjuangan kita bertahun-tahun sia-sia belaka. Allah swt. berfirman: “Dan sesungguhnya telah merugilah orang yang telah melakukan kezaliman.” [Thaha (20): 111]. “Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.” [Al-Furqan (25): 23]

, bahwa ketidak-ikhlasan menghancurkan amal, besar maupun kecil. Dan dengan demikian berarti kita telah membuat perjuangan kita bertahun-tahun sia-sia belaka. Allah swt. berfirman: [Thaha (20): 111]. [Al-Furqan (25): 23]

Dan Rasulullah saw. bersabda, “Aku benar-benar mengetahui orang-orang dari umatku yang datang pada hari kiamat dengan membawa kebaikan-kebaikan seperti gunung Tihamah. Lalu Allah menjadikannya bagaikan debu yang tertiup angin.” Tsauban berkata, “Wahai Rasulullah, terangkanlah sifat mereka kepada kami agar kami tidak seperti mereka, karena kami tidak mengetahui mereka.” Rasulullah saw. menjelaskan, “Mereka adalah termasuk saudara-saudara kamu dan seperti kulitmu. Mereka menggunakan waktu malam seperti yang kamu lakukan, akan tetapi mereka adalah orang-orang yang jika berhadapan dengan larangan-larangan Allah mereka melanggarnya.” (Riwayat Ibnu Majah)


Kelima, orang-orang yang beramal bukan karena Allah adalah orang yang pertama dibakar untuk menyalakan neraka. Dalam hadits panjangnya, Rasulullah saw. menjelaskan nasib tiga kelompok manusia yang celaka di hari akhirat karena beramal dengan riya.

, orang-orang yang beramal bukan karena Allah adalah orang yang pertama dibakar untuk menyalakan neraka. Dalam hadits panjangnya, Rasulullah saw. menjelaskan nasib tiga kelompok manusia yang celaka di hari akhirat karena beramal dengan riya.

Keenam, orang-orang yang riya akan menjadi teman setan pada hari kiamat di dalam neraka jahanam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah bagi kita kisah Quzman, seperti yang diterangkan oleh Qatadah –semoga Allah meridhainya. Beliau menjelaskan, “Di antara kami ada orang asing dan diketahui siapa dia. Ia dipanggil Quzman. Adalah Rasulullah saw. setiap disebut namanya selalu mengatakan bahwa dia termasuk penghuni neraka. Saat terjadi Perang Uhud, Quzman terlibat dalam pertempuran sengit sampai berhasil membunuh delapan atau tujuh orang musyrik. Memang dia orang kuat. Lalu ia terluka lalu dibopong ke rumah Bani Zhufr. Beberapa lelaki dari kaum Muslimin mengatakan kepadanya, ‘Demi Allah, engkau telah diuji hari ini, hai Quzman, maka berbahagialah.’ Quzman menjawab, ‘Dengan apa aku bergembira. Demi Allah sesungguhnya aku berperang tidak lain karena membela nama kaumku. Jika bukan karena hal itu aku tidak akan turut berperang. Ketika merasakan lukanya semakin parah, ia mencabut panah dari tempatnya lalu bunuh diri.” (Al-Bidayah Wan-Nihayah, Ibnu Katsir)

, orang-orang yang riya akan menjadi teman setan pada hari kiamat di dalam neraka jahanam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah bagi kita kisah Quzman, seperti yang diterangkan oleh Qatadah –semoga Allah meridhainya. Beliau menjelaskan, “Di antara kami ada orang asing dan diketahui siapa dia. Ia dipanggil Quzman. Adalah Rasulullah saw. setiap disebut namanya selalu mengatakan bahwa dia termasuk penghuni neraka. Saat terjadi Perang Uhud, Quzman terlibat dalam pertempuran sengit sampai berhasil membunuh delapan atau tujuh orang musyrik. Memang dia orang kuat. Lalu ia terluka lalu dibopong ke rumah Bani Zhufr. Beberapa lelaki dari kaum Muslimin mengatakan kepadanya, ‘Demi Allah, engkau telah diuji hari ini, hai Quzman, maka berbahagialah.’ Quzman menjawab, ‘Dengan apa aku bergembira. Demi Allah sesungguhnya aku berperang tidak lain karena membela nama kaumku. Jika bukan karena hal itu aku tidak akan turut berperang. Ketika merasakan lukanya semakin parah, ia mencabut panah dari tempatnya lalu bunuh diri.” (, Ibnu Katsir)

Kita ingatkan jiwa kita dengan peringatan-peringatan tersebut agar dalam bergerak, berjuang, dan berkorban (tadhhiyah) senantiasa ikhlas karena Allah.

impian seorang manusia

Filed under: by: tejoarum

INDAHNYA VISI
Suasana Perang Ahzab begitu mencekam lantaran rasa lapar dan dingin yang menusuk hingga ke sumsum tulang. Persoalannya ditambah lagi dengan pengepungan orang-orang kafir beserta antek-anteknya. Namun rasa suka dan gembira tetap terbesit di wajah Rasulullah SAW. dan para sahabatnya. Terpancar dari raut wajah mereka perasaan optimis yang besar untuk menyambut kemenangan. Ketika beliau bersama para sahabat menggali parit, terdapat bongkahan batu yang keras sehingga mereka menyerahkannya pada Rasulullah SAW. Beliau pun memecahkan batu tersebut dengan palu godamnya. Pukulan Rasulullah SAW. memercikkan api. Waktu itu beliau mengucapkan Subhanallah. Kejadian itupun berulang lagi hingga tiga kali. Hal ini menakjubkan para sahabat.Kemudian Rasulullah SAW. menceritakan bahwa tatkala muncul percikan api, terpancar gambaran istana Persia disusul dengan istana Romawi dan selanjutnya istana Mauqaqis. Beliau mengatakan sebentar lagi istana Persia menjadi milik kita, istana Romawi akan kita taklukan dan istana Mauqaqis akan kita miliki. Pernyataan tersebut disambut dengan ucapan gembira dari para sahabat, Allahu akbar wa lillahilhamd. Peristiwa ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua, betapa Rasulullah SAW. telah mendidik para sahabatnya untuk berjiwa besar. Dengan jiwa besar, mereka mampu membangun obsesi meski dalam keadaan lapar, dingin, terkepung dan mencekam. Inilah thumuhat dakwah dan tarbawiyah (obsesi dakwah dan tarbiyah). Obsesi yang luar biasa. Tidak pernah terbayangkan oleh pikiran banyak orang ketika itu. Keadaan yang mencekam, lapar yang menggeliat, dingin yang menusuk. Namun keyakinan akan memperoleh kemenangan selalu bersama mereka. Kemenangan yang akan datang segera atau kemudian. Perwujudan obsesi bisa datang dalam waktu yang relatif singkat dapat juga hadir di waktu mendatang. Malah realisasi dari sebuah obsesi sering tidak di cicipi oleh si pemiliknya. Memang terkadang obsesi lebih panjang dari pikiran orang bahkan ia lebih panjang dari usia manusia itu sendiri. Meski demikian obsesi selalu ada dalam dinamika kehidupan manusia, karena ia bagian dari tabiat manusia. Keinginan-keinginan besar menjadi sebuah tabiat manusia sejak ada di muka bumi. Sejak lama kita mendengar ada ungkapan ingin memiliki dunia ini. Ada pula yang ingin hidup seribu tahun lamanya. Juga ada yang ingin bermegah-megah di muka bumi dengan segala kemewahan nya. Ada pula yang ingin menguasai kerajaan langit dan bumi dan masih banyak lagi keinginan besar lainnya. Keinginan besar ini sering pula mengarah pada hal-hal negatif namun tidak sedikit juga pada hal-hal positif. Keinginan besar yang bernilai negatif dinamakan thama’ (tamak, rakus), sedangkan keinginan besar yang bernilai positif dinamakan thumuh (obsesi). Sifat ini merupakan bagian dari kehidupan manusia maka semua kader semestinya juga memiliki obsesi yang besar, meskipun dalam kondisi yang serba minim sarana dan prasarana. Akan tetapi satu hal yang tidak boleh terabaikan adalah bahwa obsesi ini mesti bersandar kepada karunia dan kebaikan Allah SWT. sehingga Dia menganugerahkan kepada orang-orang mukmin sesuatu yang mahal nilainya. Yakni kecerdasan imaniyah (Dzaka imany) untuk mewujudkan keinginan-keinginan besar itu. Kecerdasan imaniyah ini perlu ditopang dengan : 1. Dzaka Syu’ury (kecerdasan emosional) Kecerdasan emosional yang dimaksud adalah kemampuan mengendalikan emosi hingga tidak mudah goyah ataupun patah dalam menghadapi berbagai tantangan. Rasulullah SAW. bersabda: " Orang cerdas adalah orang yang mampu mengendalikan diri dan berbuat untuk hari esok. (HR. Muslim). Emosional terkadang cenderung mengikuti suasana yang terjadi di sekitarnya. Bahkan acap kali menggelembung histeris mengikuti irama sekelilingnya, sehingga berpotensi tidak dapat dikendalikan. Emosional yang tidak terkendali dapat mengakibatkan tumpulnya akal jernih. Dampaknya adalah muncul kepanikan sehingga kehilangan jalan solusi atas persoalan yang sedang dihadapi. Nabi Musa as. pernah mengalaminya, ketika tiba di kampung halamannya sepulang dari negeri lain. Didapati kaumnya kembali pada perilaku yang menyimpang dari ajaran yang telah disampaikannya. Melihat kenyataan ini Nabi Musa as. sangat emosional. Nabi Musa as. menjambak jenggot Nabi Harun as. sambil marah-marah kepadanya dan melempar-lempar lembaran Taurat yang digenggamnya. Akan tetapi ketika emosinya mulai mereda Nabi Musa mengambil kembali lembaran-lembaran Taurat yang berceceran itu. (QS. Al ‘Araf: 150 - 153) Islam mengajarkan pemeluknya untuk mencerdaskan emosi. Emosi yang cerdas memberikan manfaat besar bagi si empunya. Daya pandang yang jernih, melihat persoalan dengan pandangan jauh ke depan serta jelas dan terangnya solusi yang harus diambil. Pencapaian obsesi diperlukan juga kecerdasan emosional agar fukos-fukos sasaran yang hendak diraih dihadapi dengan perasaan dan jiwa yang tenang. Para ulama menyebutnya hal ini sebagai indera keenam, yaitu firasat mukmin. "Takutlah kamu pada firasat orang mu’min karena mereka melihat dengan cahaya Allah". (HR. An Nasa’i) 2. Dzaka Fikry (kecerdasan intelektual) Umat Islam dibekali Allah SWT. intelektual yang cerdas. Di antaranya daya ingat yang tajam, sistematika dalam berpikir dan merumuskan persoalan, menyikapi persoalan secara simpel dan lain sebagainya, seperti kemampuan umat Islam menghafal Al Qur’an dan Hadits serta rumusan berpikir dalam ilmu mantiq. Keistimewaan ini karena kasih sayang Allah SWT. pada orang-orang mukmin. Keimanan yang bersemayam dalam dada mukmin menghantarkan mereka memiliki kecerdasan intelektual. Rasul SAW. memberikan indikator orang yang cerdas intelektualnya adalah Konsentrasi pada satu titik yang jelas, berpikir cerdas sehingga tidak mudah tertipu dan selalu dalam keadaan siap siaga. "Apabila cahaya Islam telah masuk ke dalam hati maka hati akan menjadi terang dan lapang. Para sahabat bertanya: apa tanda-tandanya ya Rasulullah?. Beliau menjawab: Kembali kepada negeri yang abadi, jauh dari tipu daya dan mempersiapkan kematian sebelum datangnya kematian". (H.R. Thabari). Kecerdasan intelektual juga akan memberikan jalan keluar ketika menghadapi kondisi sulit. Bentuknya dapat berupa alternatif pemecahan yang beragam, menaklukkannya melalui cara yang ringan dan lain sebagainya. Abu Bakar as. pun pernah mengalami hal yang sama ketika menyertai perjalanan hijrah Rasulullah SAW. ke Madinah. Pertengahan perjalanan Abu Bakar as. berjumpa dengan peserta sayembara pembunuhan terhadap Rasulullah SAW. Abu Bakar as. ditanya: Siapakah orang yang berada di depanmu itu?. Abu Bakar as. menjawab: Huwal Hadi (dia petunjuk jalanku). Petunjuk jalan yang dimaksud Abu Bakar as. adalah yang menunjuki jalan dari jalan kegelapan jahiliyah kepada jalan terang benderang Islam. Sedangkan orang kafir mengira orang yang di depan Abu Bakar as. adalah guiding perjalanan. Kecerdasan intelektual memunculkan rumusan yang aplikatif untuk mewujudkan sebuah obsesi. Karenanya peran kecerdasan intelektual sangat berarti terhadap pencapaian obsesi. 3. Dzaka Jismy (kecerdasan fisikal) Amal Islam lebih banyak dari pada waktu yang tersedia dan sedikit orang yang dapat memikulnya. Banyaknya amal dalam Islam memerlukan orang yang siap dan mampu menunaikannya. Di antara kriterianya adalah mereka yang memiliki kecerdasan fisikal. Maksudnya adalah mereka yang mempunyai tubuh yang kuat dan sehat. Tidak sedikit tugas dan tanggung jawab dalam Islam akan terlaksana dengan baik bila dilakukan oleh badan yang sehat dan kuat. Misalnya saja dalam beribadah, akan terasa nikmat dalam menjalankan ibadah apabila kondisi badan dalam keadaan sehat. Akan tetapi bila kondisi tubuh menurun apalagi sakit, pelaksanaan ibadah sering mengalami ketidaksempurnaan. Hasan Al Banna sangat perhatian dalam masalah kekuatan dan kesehatan badan untuk mencapai kecerdasan fisikal ini. Perhatian beliau baik yang bersifat ajakan, pencegahan dan pemeriksaan. Kita dapat jumpai pandangan beliau dalam wajibatul akh (kewajiban al akh) di Majmu’atur Rasail. Orang yang sehat dan kuat berpeluang menunaikan tugas dan kewajiban dengan baik. Bahkan dapat melaksanakannya secara optimal untuk mencapai afdholiyatul amal. Ia akan dapat menyelesaikan tugasnya, sanggup pula membantu tugas orang lain serta mampu memberikan kontribusi bagi banyak orang. Pantas bila Allah SWT. lebih menyukai mukmin yang sehat dan kuat dari pada mukmin yang lemah, sebagaimana sabda Rasulullah SAW.: "Mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah meskipun keduanya dalam keadaan baik". (HR. Muslim) Fisikal yang cerdas juga menentukan keberhasilan pencapaian obsesi. Ia akan dapat mengukur sejauh mana dan seberapa besar kemampuan diri untuk merealisasikannya. Tidak kalah penting juga ia dapat menilai kemampuan dirinya untuk menghadapi berbagai kendala. 4. Dzaka Amaly (kecerdasan operasional) Kecerdasan operasional merupakan sikap tanggap dan cepat dalam merespon sesuatu dengan tindakan yang nyata. Sikap inilah yang mendorong seseorang untuk terdepan dalam beramal. Tidak menunda-nundanya hingga hilang kesempatan untuk menjadi pionir. Ajaran Islam menganjurkan umatnya untuk selalu menjadi yang terdepan. Baik dalam beribadah kepada Allah SWT. juga dalam bermuamalah antar manusia seperti shalat, bersedekah, beramal shalih, bergotong royong ataupun yang lainnya. Demikian juga dalam kehidupan Rasulullah SAW banyak kita temukan riwayat tentang kesegeraan beliau untuk menunaikan sesuatu dengan cepat. Dalam suatu riwayat, sesudah shalat Rasulullah SAW. pernah segera berdiri lalu melangkahi orang lain kemudian masuk ke salah satu bilik istrinya. Para sahabat juga heran dengan kejadian ini. Tidak lama kemudian beliau segera kembali ke tempat semula, sesudah itu beliau ceritakan bahwa dia tadi teringat ada emas yang harus segera dibagi-bagikan. Maka beliau perintahkan istrinya untuk secepat mungkin membagi-bagikan emas tersebut. Rasulullah SAW. bersabda: "Bersegeralah kalian beramal shalih sebab akan terjadi fitnah besar bagaikan gelap malam yang sangat gulita". (HR. Muslim) Kecerdasan operasional membentuk si pemiliknya untuk segera berbuat sebelum orang lain sempat berpikir. Melalui hal ini obsesi akan relatif cepat untuk tercapai. 5. Dzaka Ijtima’iy (kecerdasan sosial) Kehidupan manusia tidak dapat memutuskan ketergantungannya dengan pihak lain. Satu dengan yang lainnya saling memerlukan. Oleh karenanya manusia diperintahkan untuk berinteraksi dengan sesama agar berbagai kelemahan dan kekurangannya dapat saling ditopang dengan berbagai kelebihan pihak lain. Dengan banyak bergaul kita akan menemukan potensi-potensi yang tidak ada pada diri kita. Juga dapat menemukan peluang-peluang besar untuk menutupi segala kekurangan yang ada. Dari sanalah kita mendapatkan manfaat, kesempatan-kesempatan dan peluang-peluang besar untuk menunjang kelemahan yang kita miliki. Rasulullah SAW. bersabda: "Mukmin yang bergaul dengan banyak orang lebih baik daripada mukmin yang tidak bergaul apabila dia bersabar". (HR. Muslim) Mewujudkan obsesi terkadang kita dibantu potensi orang lain. Bahkan kita hanya merangkai kelebihan-kelebihan orang lain untuk mencapai obsesi yang kita canangkan. 6. Dzaka Tanzhimy (kecerdasan struktural) Apabila kita memahami bahwa setiap orang membutuhkan orang lain maka segala peran yang diberikannya akan sangat bermakna bila dikokohkan oleh pihak lainnya. Sebuah bangunan terdiri dari berbagai macam komponen, ada yang besar namun ada pula yang kecil. Semua komponen itu saling mengaitkan dengan komponen lainnya. Masing-masing fungsi dan peran yang diberikan tidak dapat dianggap sebelah mata. Posisi masing-masing elemen tidak dapat dilebih-lebihkan dengan yang lainnya. Mungkin saja komponen yang besar akan berarti bila ditopang oleh komponen yang kecil begitu juga sebaliknya. Menyikapi persoalan ini dengan sikap yang arif bahwa kehadiran dirinya tidak akan sempurna malah mungkin tidak akan berhasil tanpa kesertaan orang lain. Peran serta ini diwujudkan dengan keyakinan bahwa potensi dirinya akan berguna bagi orang lain. Dengan begitu setiap orang menyadari bahwa ia harus berada pada posisinya masing-masing untuk keberhasilan sebuah obsesi. Rasulullah SAW. bersabda: "Prajurit yang baik jika ditempatkan di bagian logistik dia akan tetap berada tempatnya, jika ditempatkan di garis depan dia akan berada di garis depan" (HR. Abu Daud) Kiat-kiat Meraih Kecerdasan Meraih kecerdasan imaniyah perlu kerja keras sehingga ia akan merefleksikan segala thumuhat kita. Adapun kiat-kiat mencapai hal itu sebagai berikut: 1. Latihan yang banyak. Berusahalah untuk banyak latihan dalam segala hal terutama pada kemampuan diri untuk meraih kecerdasan. Latihan yang sering akan memperhalus dan mempertajam kemampuan yang kita miliki. 2. Belajar dari orang lain.Janganlah sungkan untuk belajar pada dan dari orang lain. Pengalaman orang lain dapat menjadi masukan bagi kita. Malah orang lain bisa menjadi cermin agar kita bisa mematut diri dari pengalaman mereka. 3. Mencoba sesuatu yang baru untuk meraih pengalaman. Berusahalah untuk mencoba sesuatu yang baru. Kreativitas sering kali memberikan banyak jalan untuk mencapai keinginan-keinginan. 4. Meyakini pertolongan Allah SWT. Tidak boleh dilupakan bahwa semua aktifitas kita akhirnya berpulang pada pertolongan dan kehendak Allah SWT. Oleh karena itu yakinlah bahwa Dia akan memudahkan kita meraih thumuhat maka berdoalah kepada-Nya agar keinginan-keinginan tersebut dapat terealisir. Semoga Allah SWT. memudahkan jalan bagi kita meraih Thumuhat Tarbawiyah. Semoga sukses. –wallahu’alam– http://beranda.blogsome.com/2006/06/30/thumuhat-tarbawiyah/

This article comes from IQROCLUB Sitehttp://www.iqroclub.org


KEWAJIBAN SEORANG MUSLIM SEJATI
bagi seorang muslim, ada kewajiban yang harus dia tunaikan dalam kehidupan. Kewajiban-kewajiban ini adalah dalam rangka membentuk peribadi muslim untuk menjadi batu bata yang kuat bagi bangunan Islam. Untuk itu Hasan Al Banna telah merangka kewajiban-kewajiban berikut bagi para muslim.Said Hawwa mengatakan bahwa kewajiban di sini bukan berarti wajib dalam pengertian syari'e, tetapi lebih luas dari itu. Kewajiban-kewajiban tersebut ada di antaranya yang fardhu, ada pula yang sunnah. Oleh kerana itu, kata wajib di sini bererti segala bentuk komitmen dakwah yang dituntut oleh gerakan Islam masa kini.Berikut ini adalah rincian kewajiban-kewajiban tersebut:

1. Hendaklah engkau memiliki wirid harian dari Kitabullah tidak kurang dari satu juz. Usahakan untuk mengkhatamkan Al Qur'an dalam waktu tidak lebih dari sebulan dan tidak kurang dari tiga hari.2. Hendaklah engkau membaca Al Qur'an dengan baik, memperhatikannya dengan saksama, dan renungkan ertinya (tadabbur ayat).
3. Hendaklah engkau mengkaji Sirah Nabi dan sejarah para generasi salaf sesuai dengan waktu yang tersedia. Buku yang dirasa mencukupi keperluan ini minimal adalah buku Hummatul Islam. Hendaklah engkau juga banyak membaca hadits Rasulullah saw, minimal hafal empat puluh hadits; ditekankan untuk menghafal Al Arba'in An Nawawiyah. Hendaklah engkau juga mengkaji risalah tentang pokok-pokok aqidah dan cabang-cabang fiqih.4. Hendaklah engkau bersegara melakukan general check up secara berkala atau berubat, begitu penyakit terasa mengenaimu. Di samping itu perhatikanlah faktor-faktor penyebab kekuatan dan perlindungan tubuh, serta hindarilah faktor-faktor penyebab lemahnya kesehatan.5. Hendaklah engkau menjauhi sikap berlebihan dalam mengkonsumsi kopi, teh, dan minuman perangsang selainnya. Janganlah engkau meminumnya kecuali dalam keadaan darurat dan hendaklah engkau menghindarkan diri sama sekali dari rokok.6. Hendaklah engkau perhatikan urusan kebersihan dalam segala hal menyangkut tempat tinggal, pakaian, makanan, badan, dan tempat kerja, karena agama ini dibangun di atas dasar kebersihan.7. Hendaklah engkau jujur dalam berkata dan jangan sekali-kali berdusta.8. Hendaklah engkau menepati janji, janganlah mengingkarinya, bagaimanapun kondisi yang engkau hadapi.9. Hendaklah engkau menjadi seorang yang pemberani dan tahan uji. Keberanian yang paling utama adalah terus terang dalam mengatakan kebenaran, ketahanan menyimpan rahasia, berani mengakui kesalahan, adil terhadap diri sendiri, dan dapat menguasainya dalam keadaan marah sekalipun.10. Hendaklah engkau senantiasa bersikap tenang dan terkesan serius. Namun janganlah keseriusan itu menghalangimu dari canda yang benar, senyum, dan tawa.11. Hendaklah engkau memiliki rasa malu yang kuat, berperasaan yang sensitif, dan peka oleh kebaikan dan keburukan, yakni munculnya rasa bahagia untuk yang pertama dan rasa tersiksa untuk yang kedua. Hendaklah engkau juga bersikap rendah hati dengan tanpa menghinakan diri, tidak bersikap taqlid, dan tidak terlalu lembut hati. Hendaklah engkau juga menuntut dari orang lain yang lebih rendah dari martabatmu untuk mendapatkan martabatmu yang sesungguhnya.12. Hendaklah engkau bersikap adil dan benar dalam memutuskan suatu perkara pada setiap situasi. Janganlah kemarahan melalaikanmu dari perbuatan kebaikan, janganlah mata keredhaan engkau pejamkan dari perilaku buruk, janganlah permusuhan membuatmu lupa dari pengakuan jasa baik, dan hendaklah engkau berkata benar meskipun itu merugikanmu atau merugikan orang yang paling dekat denganmu.13. Hendaklah engkau menjadi pekerja keras dan terlatih dalam aktiviti sosial. Hendaklah engkau merasa bahagia jika dapat mempersembahkan bakti untuk orang lain, gemar melawat orang sakit, membantu orang yang memerlukan, menanggung orang yang lemah, meringankan beban orang yang tertimpa musibah meskipun hanya dengan kata-kata yang baik. Hendaklah engkau juga senantiasa bersegera untuk berbuat kebaikan.14. Hendaklah engkau berhati kasih, dermawan, bertolak ansur, pemaaf, lemah lembut kepada manusia mahupun binatang, berperilaku baik dalam berhubungan dengan semua orang, menjaga etika-etika sosial Islam, menyayangi yang kecil dan menghormati yang besar, memberi tempat kepada orang lain dalam majlis, tidak memata-matai, tidak menggunjing, tidak mengumpat, meminta izin jika masuk maupun keluar rumah, dan lain-lain.15. Hendaklah engkau pandai membaca dan menulis, memperbanyak mentelaah terhadap risalah Ikhwan (majalah IM), akhbar, majalah, dan tulisan lainnya. Hendaklah engkau bangun perpustakaan khusus, seberapapun ukurannya; kosentrasilah terhadap spesifikasi keilmuan dan keahlianmu jika engkau seorang spesialis; dan kuasailah persoalan Islam secara umum yang dengannya dapat membangun persepsi yang baik untuk menjadi rujukan bagi pemahaman terhadap tuntutan fikrah.16. Hendaklah engkau memiliki projek usaha ekonomi; betapa pun engkau seorang kaya utamakanlah projek yang mandiri, betapa pun kecilnya; dan cukupkanlah dengan apa yang ada pada dirimu, betapa pun tingginya kapasiti keilmuanmu.17. Janganlah engkau terlalu berharap untuk menjadi pegawai negeri dan jadikanlah ia sebagai sesempit-sempitnya pintu rezeki, namun jangan pula engkau tolak jika diberi peluang untuk itu. Janganlah engkau melepaskannya kecuali jika ia benar-benar bertentangan dengan tugas-tugas dakwahmu.18. Hendaklah engkau perhatikan penunaian tugas-tugasmu (bagaimana kecermatan dan kuantitinya), janganlah menipu, dan tepatilah kesepakatan.19. Hendaklah engkau penuhi hakmu dengan baik, penuhi hak-hak orang lain dengan sempurna tanpa dikurangi dan dilebihkan, dan janganlah menunda-nunda pekerjaan.20. Hendaklah engkau menjauhkan diri dari judi dengan segala macamnya, apapun maksud di baliknya. Hendaklah engkau juga menjauhi mata pencaharian yang haram, betapapun keuntungan besar yang ada di baliknya.21. Hendaklah engkau menjauhkan diri dari riba dalam setiap aktivitimu dan sucikanlah ia sama sekali dari riba.22. Hendaklah engkau memelihara kekayaan umat Islam secara umum dengan mendorong berkembangnya projek-projek ekonomi Islam. Engkau pun hendaklah menjaga setiap keping mata wang agar tidak jatuh ke tangan orang non-Islam dalam keadaan bagaimanapun. Janganlah makan dan berpakaian kecuali produk negeri Islammu sendiri.23. Hendaklah engkau memiliki kontribusi kewangan dalam dakwah, engkau tunaikan kewajiban zakatmu, dan jadikan sebagian dari hartamu itu untuk orang yang meminta dan orang yang kekurangan, betapapun kecil penghasilanmu.24. Hendaklah engkau menyimpan sebagian dari penghasilanmu untuk persediaan masa-masa sulit, betapapun sedikit, dan janganlah sekali-kali menyusahkan dirimu untuk mengejar kesempurnaan.25. Hendaklah engkau bekerja semampu yang engkau lakukan untuk menghidupkan tradisi Islam dan mematikan tradisi jahiliyyah dalam setiap aspek kehidupanmu. Misalnya ucapan salam, bahasa, sejarah, pakaian, perabot rumah tangga, cara kerja dan istirahat, cara makan dan minum, cara datang dan pergi, serta gaya menunjukkan rasa suka dan duka. Hendaklah engkau menjaga sunah dalam setiap aktivitas tersebut.26. Hendaklah engkau memboikot peradilan setempat atau seluruh peradilan yang tidak Islami, demikian juga gelanggang-gelanggang, penerbitan-penerbitan, organisasi-organisasi, sekolah-sekolah, dan segenap institusi yang tidak mendukung fikrahmu secara total.27. Hendaklah engkau senantiasa merasakan diawasi oleh Allah, mengingat akhirat dan bersiap-siap untuk menjemputnya, mengambil jalan pintas untuk menuju ridha Allah dengan tekad yang kuat, serta mendekatkan diri kepada-Nya dengan ibadah sunah, seperti shalat malam, puasa tiga hari minimum setiap bulan, memperbanyak dzikir (hati dan lisan), dan berusaha mengamalkan doa yang diajarkan pada setiap kesempatan).28. Hendaklah engkau bersuci dengan baik dan usahakan agar senantiasa dalam keadaan berwudhu (suci) di sebagian besar waktumu.29. Hendaklah engkau melakukan shalat pada saatnya, di manapun ia berada, dan seketika itu juga.30. Hendaklah engkau berpuasa Ramadhan dan berhaji dengan baik, jika engkau mampu melakukannya. Kerjakan sekarang juga jika engkau telah mampu.31. Hendaklah engkau senantiasa menyertai dirimu dengan niat jihad dan cinta mati syahid. Bersiaplah untuk itu bila saja kesempatan untuk itu tiba.32. Hendaklah engkau senantiasa memperbaharui taubat dan istighfarmu. Berhati-hatilah terhadap dosa kecil, apalagi dosa besar. Sediakanlah untuk dirimu beberapa saat sebelum tidur untuk muhasabah diri terhadap apa-apa yang telah engkau lakukan; yang baik maupun yang buruk. Perhatikan waktumu, karena waktu itu adalah kehidupan itu sendiri.Janganlah engkau pergunakan ia sedikit pun tanpa guna, dan janganlah engkau ceroboh terhadap hal-hal yang syubhat agar tidak jatuh ke dalam kubangan yang haram.33. Hendaklah engkau berjuang meningkatkan kemampuanmu dengan sungguh-sungguh agar engkau dapat menerima tongkat kepemimpinan. Hendaklah engkau menundukkan pandanganmu, menekan emosimu, dan memotong habis selera-selera rendah dari jiwamu. Bawalah ia hanya untuk menggapai yang halal dan baik, serta hijabilah ia dari yang haram dalam keadaan bagaimanapun.34. Hendaklah engkau jauhi khamr (alcohol) dan seluruh makanan atau minuman yang memabukkan sejauh-jauhnya.35. Hendaklah engkau menjauh dari pergaulan dengan orang jahat dan persahabatan dengan orang yang rosak, serta jauhilah tempat-tempat maksiat.36. Hendaklah engkau perangi tempat-tempat iseng, jangan sekali-kali mendekatinya, serta jauhilah gaya hidup mewah dan bersantai-santai.37. Hendaklah engkau mengetahui anggota katibahmu satu persatu dengan pengetahuan yang lengkap, dan kenalkanlah dirimu kepada mereka dengan selengkap-lengkapnya. Tunaikanlah hak-hak ukhuwah mereka dengan seutuhnya; hak kasih sayang, penghargaan, pertolongan, dan itsar. Hendaklah engkau senantiasa hadir di majlismereka, tidak hadir kecuali karena udzur darurat, dan pegang teguhlah sikap itsar dalam pergaulanmu dengan mereka.38. Hendaklah engkau hindari hubungan dengan organisasi atau jamaah apapun sekiranya hubungan itu tidak membawa maslahat bagi fikrahmu, terutama jika diperintahkan untuk itu.39. Hendaklah engkau menyebarkan dakwahmu di manapun dan memberi informasi kepada pemimpin tentang segala keadaab yang melingkupimu. Janganlah engkau berbuat sesuatu yang berdampak strategis kecuali dengan seizinnya.40. Hendaklah engkau senantiasa menjalin hubungan, baik secara ruhani maupun amali, dengan Jamaah dan menempatkan dirimu sebagai tentara yang berada di tangsi yang tengah menanti arahan komandan.